ORANG BAIK TEMANNYA SEDIKIT
Jadi manusia yang akalnya senantiasa berpikir filosofis, tapi tidak membuatnya terlena atas nasib manusia. Filsafat ya filsafat, tapi jangan filsafat terus. Juga butuh makan nasi, juga butuh peduli lingkungan sekelilingmu yang jangan-jangan ndak bisa makan nasi. Jadi level berfikirnya filosofis, tapi peduli terhadap lingkungan. Keterlibatan politik tidak membuatnya demagog dan riya, tidak membuatnya angkara murka dan pamer. Ilmu tidak membuat keyakinan dan cita-citanya menjadi luntur. Tidak mudah khawatir, khawatir aku kalau belajar filsafat nanti imanku rontok, itu berarti kuatir masih belum tangguh. Orang tangguh itu kalau ditambah ilmunya seperti apapun, justru imannya semakin kuat. Semakin terbukti bahwa yang dia percaya benar.
Saya sering baca di internet itu orang takut berpikir, khawatir aku kalau difikir dalam-dalam kan gitu, loh padahal berpikir itu ya sedalam mungkin, tidak apa-apa. Kalau kebenaran yang kamu temukan dia akan memperkuat keimananmu. Jadi orang teomorphis itu justru ilmunya memperkuat keimanannya. Dan keyakinannya tidak menumpulkan akalnya dan mengurangi logikanya. Jadi meskipun di beriman tapi akalnya juga tetap jalan. Itu manusia theomorphism
Kesalehan tidak membuatnya menjadi pertapa yang tak berdaya. Soleh Alim bukan berarti terus kamu menjauh dari dunia, mengandalkan sumbangannya orang untuk hidup, ndak begitu. Menunggu di belas kasihani orang, tak begitu. Jadi kesholehan tidak membuat kita manja. Sudahlah pasrahkan yang dunia semua pada Allah, ndak begitu. Kesholehan tetap membuat kita aktif, tidak menarik diri dari dunia.
Terus aktivitas sosial tidak membuat tangan yang ternoda oleh imortalitas. Ini juga kadang-kadang kalau kita sedang beraktivitas sosial, itu tujuan jadi target satu-satunya, moralitas nya hilang. “Loh yang penting kan keadilan?,” Yang penting kan rakyat tak tertindas. Iya, tapi tidak menghalalkan segala cara. Kalau immoral tidak, Misalnya Saya memperjuangkan rakyat miskin, membohongi sedikit tidak apa-apa, ndak begitu. jangan sampai perjuangan yang bersih, dikotori oleh hal-hal yang immoral. Jadi, iya aktivitas sosial bagus tapi jangan dinodai dengan imoralitas.
Dan manusia theomorphis adalah manusia jihad dan ijtihad. Manusia yang mau berjuang dan sungguh sungguh. Ijtihad itu ndak iseng-iseng, tidak asal gerak. Tapi ada aksi juga ada refleksi. Berpikir dan berimplementasi, tidak hanya berpikir saja tapi juga implementasi. Tidak ujug-ujug gerak, ujug-ujug demo, tapi juga mikir. Ada strategi, ada target dan macam-macam. Terus manusia teomorfis adalah manusia syair dan pedang, bisa lembut bisa keras. Dan juga manusia teomorfis itu manusia yang kesepian tapi juga dia komitmen. Biasanya orang baik itu temannya sedikit. Jadi kenapa? biasanya nggak ikut tren, dia sendirian. Banyak yang nggak cocok sama dia, itu manusia kesepian biasanya. Kalau pengen gak kesepian, ikut arus. Temannya banyak, tapi kamu tidak punya karakter teomorphis tadi. Kamu jadi kerumunan dan jangan salah di tengah kerumunan, orang tidak akan kenal dirimu. Kamu gak punya identitas, untuk orang kenal dan kamu paham identitasmu. Kamu memang harus kesepian, kenali dirimu dalam sepi. Kan gitu, kalau dalam ramai kamu tak bisa. Oke, tapi dia kesepian tapi dia punya komitmen. Karena punya komitmen lah kadang-kadang orang kesepian, yang lain ikut saja apa katanya orang.
Terus dia juga manusia yang punya emosi sekaligus akalnya jalan. Emosi dan Jenius, kekuasaan dan cinta-kasih, keyakinan dan pengetahuan. Ia adalah manusia yang menyatukan semua dimensi kemanusiaan yang sejati. Jadi manusia inilah yang bener-bener manusia, yang tidak kayak gini alternatifnya dua: dia sedang berproses menuju kesini atau salah arah regres tadi. Jadi kita pasti belum di sini, Tidak usah percaya kalau ada yang ngaku-ngaku sudah di sini. Semoga kita bergerak menuju ke sini, jangan sampai kita ada di jalur sebelahnya, jalur gerak mundur jalur regresif. Tugas kita kan bergerak ke arah lebih baik dan ini manusiawi.
Komentar
Posting Komentar